Dengarkan ceritaku ini!

Aku melamun di dekat jendela  kelas yang berembun di pagi hari ini. Aku datang terlalu pagi. Tetapi aku tidak menyesali itu. Lamunanku ini melayang pada masa-masa TK ku di Malang. Entah dengan alasan apa aku sering melayang ke masa-masa TK ku. Mungkin karena banyak kenangan manis, atau kenagan yang memalukan yang membuat aku terbayang-terbayang. "Hei, burung kecil! Kemana ibumu? Hanya terbang sendirian saja?" Aku melihat burung pipit yang hinggap di dahan pohon dekat dengan jendela kelas. Sekilas, sepertinya dia menatapku, dan bersiul seperti mengajak aku untuk berbicara.

Aku terlalu kekanak-kanakan..tetapi apa Aku harus sok dewasa? Lebih baik aku nikmati diriku ini selagi umurku masih terbilang masih anak-anak. "Kau berkata apa? Aku tak maksud?" burung pipit itu menghiraukan pertanyaanku, dia tetap mengoceh tak menentu arah.

"Bagaimana kalau kau dengarkan ceritaku? Setuju?" Walaupun aku tak mengerti jawabannya, aku rasa dia mengerti maksudku, burung itu langsung berhenti mengoceh.

Ini masa-masa kecilku di Malang, begitu bahagia rasanya. Kau tahu? Aku punya banyak teman di sana. Umurku masih terlalu muda untuk sekolah. Tapi ternyata guru-guru pembimbing di TK ku membolehkan aku untuk bersekolah. TK ku berada di depan rumah. Tinggal melangkah dengan  beberapa langkah kecil aku sudah sampai di gerbang warna hijau TK ku.



Waktu pertama berkenalan, aku melihat perbedaan yang menonjol. Tubuhku paling kecil dan pendek. Teman-temanku ada yang gendut, bertubuh tinggi. Aku masih ingat dengan teman yang bernama Robert. Dia tinggi, putih namun sayang dia anak autis. Aku merasa iba padanya. Setiap hari, orang tuanya selalu ikut sekolah, menyuapi dia makan, membantu ia membuka sepatu. Aku punya teman yang bernama Putri, dia cantik dan baik. Dia juga pernah meyuapi Robert. Sepertinya Robert merasa senang dan tersipu malu. Pernah aku mencoba membantu menyuapinya, namun yang ada Robert malah tak mau makan. Sedih, kenapa ya? Apa mukaku begitu seram? Atau aku harus berdandan dulu supaya cantik seperti Putri temanku? Perbedaan kulitku dengan Robert sangatlah jauh. Dia anak keturunan Cina, tahu kan kadar putihnya seperti apa? Kalau dibandingkan dengan aku, tak ada apa-apanya. Yang ada jika aku di jejerkan dengan Robert bagaikan gula dan kopi. Aku punya rencana! Ide cemerlang ini tak akan bisa terfikirkan oleh anak-anak seusiaku. Otak ini bermanfaat juga!

Aku, Putri, Andine, Anggi, Jessica masuk kedalam group menari di TKku. Walaupun masuk dalam grup menari dulu di TK, sampai sekarang tidak ada perubahan dari gerakan badanku, tetap saja kaku seperti robot. Kita akan pentas di depan anak-anak yang cacat fisik di sekolah luar biasa. Aku punya ide, nanti kita ajak saja beberapa anak untuk menari, termasuk Robert! Seluruh anak-anak di TK ku ikut serta dalam acara berkunjung ke sekolah luar biasa tersebut. Acara dimulai! Musik-musik berbau riang menembus keheningan para penonton. Satu dua Let's dance! Menari ala anak TK sungguh mengasyikkan. Kita tidak perlu di marahi guru karena tidak sesuai dengan gerakan yang guru inginkan. Pertamanya, kami harus mengikuti perintah dari guru waktu pelatihan. Tetapi seterusnya, tidak sesuai dengan rencana guru tersebut. Ini sesuai dengan rencanaku! Kita bergoyang, sambil menuruni panggung, dan menggandeng beberapa anak yang cacat fisik untuk maju kepanggung. Tak sembarang memilih! kami harus lihat dulu kondisinya. Aku menggandeng Robert. Raut wajahnya begitu bahagia, rencanaku sukses!

Burung itu langsung bersiul indah ketika aku mengucapkan kata terakhir. "Kau tahu maksudku?Terimakasih telah menjadi pendengar setia. Kau boleh pergi" aku melambaikan tangan dengan pelan.

Komentar